Sabtu, 25 Februari 2012

Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran

Bissmillaah....


Anggap saja saya juga sedang menasehati diri saya sendiri. Mungkin semacam intropeksi, muhasabah… Jujur, facebook, Multiply, blog, saya banyak menemukan pelajaran berharga dari teman-teman saya di sana. Dan saya bahagia memiliki mereka. Note ini saya posting hanya semata-mata keinginan saya pribadi dan TIDAK MENYINDIR SIAPA PUN! Baik pihak akhwat mau pun pihak ikhwan. Hanya renungan semata dan semoga kita bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi di dalamnya. AMIN

Akhi…..
Kemarin, Aku jatuh cinta padamu…
Sebuah rasa yang tak seharusnya singgah di hati ini. Ku biarkan bersemayam dan terus bersemi di sela-sela percakapan kita kala itu. Saya dulu mungkin tak mengenalmu, semua berawal di dunia maya ini. Tapi, sejuknya tuturmu dalam membahas setiap kemelut masalahku, mendekatkan jarak yang tak tersentuh itu di bilik hati.

Akhi,
Segalanya dimulai dari sini. Awalnya padamu, hanya rasa kagum saja yang ku beri. Kagum pada pemikiran-pemikiranmu yang cemerlang, kagum pada kesholehan yang kau tampilkan di ruang mayamu, kagum pada kata-kata penuh hikmah yang kau coret di sela-sela catatanmu. Tak lebih.

Lalu…
Kekaguman itu membuahkan rasa penasaran, betapa aku ingin mengenal pribadimu. Dekat.. dan lebih dekat lagi. Tapi, sebagai seorang akhwat, aku terlalu malu untuk mulai sekedar menyapamu terlebih dahulu (takut engkau menganggapku akhwat centil), berharap engkau menghampiri akupun tak lebih hanya sebuah mimpi.
Hari-hari ku lalui sembari memikirkan cara untuk bisa lebih akrab dengan. Aha!!! Saya tau!!! Kenapa aku tak memulainya dengan pura-pura bertanya masalah seputar fikih, ibadah, atau apapun tentang masalah agama, politik atau bertanya apa sajalah. Aku yakin, engkau pasti akan membantu menjawabnya sebisamu. Pasti kita semakin akrab dengan diskusi kita.

Ekspedisi pun dimulai. Dugaan ku benar. Segala tanya ku kau jawab dengan sangat memuaskan. Atau bila ragu, kau janjikan menjawabnya di lain hari. Aku senang. sangat – sangat senang. Sebenarnya kau tak perlu menjelaskan lebih banyak lagi. Toh, terkadang aku sudah tau jawabannya. bahkan lebih tau banyak darimu. Di google bisa ku temukan beragam jawaban dari tanya yang ku lontarkan padamu. Dunia maya mempermudah segalanya.

Detik waktu berlalu. Atas kecerewetanku yang tak henti-hentinya mengejarmu dengan beragam pertanyaan, membuat Kita semakin akrab, lebih akrab dari yang ku duga. Selanjutnya aku tak hanya sering bertanya padamu, bahkan mulai berani menceritakan beragam masalah pribadi yang ku hadapi padamu alias curhat. Engkau tak pernah menolak, bahkan kau tenangkan segala pikiranku yang kusut akibat kemelut masalah yang datang di segenap aktivitasku. Solusi yang berisi Kata-kata menyejukkan dan bijaksana itu menghadirkan rintik-rintik rasa yang entah, rintik-rintik rasa yang menggetarkan perasaan, menghadirkan gamang ketika percakapan-percakapan yang kita lalui waktu demi waktu.

Suatu ketika, kesibukan aktivitas yang menguras tenaga membuat ku tak sempat menyinggahi dunia maya hingga hitungan minggu. Ada rindu tak menentu (andai kau tau… bahkan ketika duduk, berdiri, berjalan, makan, bahkan mimpi-mimpiku semua berisi tentang kamu) menggodaku untuk kembali menapaki hari-hari berbicara denganmu (weeeeitts).

kubuka inbox pada emailku…!! Ada pesan darimu…
“Kemana aja ukh, lama gak keliatan. Sepi juga nih gak ada anti”

Pada sederet kalimat itu, Senyum ku mengembang. Pipi ini merona merah jambu. Bahagia menelusup pada rindu-rindu yang ku pendam. Aku yang mudah tersanjung, yang mudah melambung, seketika merasa, perasaan yang ku biarkan tumbuh ini tak bertepuk sebelah tangan. Segera saja aku meluncur pada sebuah ruang tempat kita biasa berbagi cerita. Tak sabar ingin segera menyapamu lagi. Sayang, kau yang biasanya selalu duduk manis didaftar bangku sahabat-sahabat mayaku, kali ini tak kutemukan bersemayam disana. Kecewa ? tentu saja. Sebab tujuanku gentayangan disini hanya untuk bertemu denganmu.

Satu detik, satu menit, satu jam, terus kutunggu.. nyatanya kau tak jua hadir hari itu. Gerimis membasahi hatiku atas segenap rindu yang tak terbayar kali ini. Biarlah… mungkin kau sibuk, toh besok-besok aku bisa mencarimu lagi disini.

Esoknya kucoba lagi menunggumu disini, kau masih tak datang. 2 hari, 3 hari, 1 minggu.. tetap tak ada kabar. Lantas, malu-malu kucoba tanyakan keberadaanmu pada sahabat yang juga mengenalmu disini. Ternyata ia juga mencarimu..cemburu terbit dihatiku. Kemudian, dari deret-deret kalimatnya mengalirlah beragam cerita tentangmu malam itu. Ternyata ia mengenalmu jauh melebihi aku. Ia tahu segalanya tentang kamu. Bahkan tentang apa saja yang kau suka dan tak kau suka. Lama aku tenggelam dalam gemuruh curhatnya. Ternyata ia menyukaimu. Bahkan bermimpi untuk membangun rumah tangga bersamamu. Aku kaget. Bahkan tak percaya.
“tapi ukhti…..” ucapnya kala itu … ada akhwat selain aku yang juga menyukainya, dan berharap sama seperti yang kuharapkan dan ku impi-impikan.”
Kali ini kagetku berlipat-lipat. Aku pikir hanya aku satu-satunya wanita yang rajin kau sapa, tempat kau berbagi cerita, akhwat yang tak henti kau semangati untuk terus menuntut ilmu dan mengaji. Aku pikir hanya aku satu-satunya yang menaruh harap kepadamu. Nyatanya….astaghfirullaah.. kutarik nafas dalam-dalam atas sesak yang menggerogoti rongga dadaku. Mataku mulai panas. Aku tak ingin berlama-lama disini, membaca seribu sikapmu yang tak pernah kuketahui. Kututup percakapan itu, lantas pulang dengan seribu kecewa dan mata berkaca-kaca.

Berminggu-minggu tak kusinggahi dunia semu penuh hayalan palsu yang sempat melukai hatiku itu, sampai akhirnya. kuputuskan untuk menemuimu lagi. Kali ini tak ada lagi nuansa rindu, secuilpun tidak. Lamunan panjangku disudut kamar beberapa malam yang lalu, telah menyadarkan aku pada perasaan yang seharusnya tak pernah kubiarkan bersemi sebelum waktunya itu. Sebuah perasaan yang Allah haramkan menggerogoti hatiku. Zina perasaan. Aku sadar, hubungan kita di dunia maya kala itu adalah sebuah kesalahan. Dan syaithon membumbuinya dalam kegilaanku padamu. Aku hanya ingin memperjelas sikap-sikapmu padaku dan pada akhwat-akhwat yang kau tumbuhkan bibit cinta dihatinya itu.

Alhamdulillah, ternyata kali ini kau tak kemana-mana. Ragu-ragu aku menyapamu. Kau membalas hangat sapaku, seperti biasa. Menanyakan kabarku, aktivitasku, dakwahku, semua tentang aku. Kujawab seadanya. Aku tak ingin terjebak kedua kalinya pada rasa yang salah.

“Akhi… adakah akhwat yang rajin bertanya padamu selain aku ?”
“Ya..” jawabmu datar. “kenapa, ukh ?” lanjutmu penuh tanda tanya.
“Berdasarkan survey yang kulakukan belakangan ini, ternyata antum termasuk jajaran top ikhwan di media maya ini ya. Ternyata banyak akhwat yang mengidolakanmu.” Paparku.

“Oh ya ?? kok bisa sih ?? padahal ana biasa-biasa aja tuh.” Masih datar.
“Mereka bilang…. dari sekian banyak ikhwan yang berkelana di dunia maya ini, antumlah yang paling bijaksana, paling ramah, paling baik, paling luas wawasannya, paling pengertian, paling perhatian, paling…..”
“Eh ?? ntar..ntar..” potongnya.
“Paling perhatian ? paling pengertian ?? paling ramah ?? waddoohh… ana gak ngerasa gitu kok ukh. Perasaan, ana biasa-biasa aja deh menyikapi mereka yang sering bertanya ke ana, ya.. seperti sikap ana ke anti lah…”

Aku tersedak. Kaget. Sumpah. kamu bilang sikapmu ke akhwat lain itu biasa aja, seperti layaknya kamu meladeni percakapanku ??
Tidakkah kamu sadar, bahwa sikapmu padaku –yang kau bilang biasa- itulah yang membuatku jatuh cinta padamu ?? lalu, bagaimana dengan berpuluh-puluh akhwat yang kau ladeni obrolannnya ?? ckckckckck… pantas saja banyak akhwat yang berpikir bahwa kau juga menyukai mereka, seperti aku.

“Akhi, bolehkah ana mengoreksi sikap antum itu sedikit saja”
“Ya, tafadhol ukh” jawabmu.
“Mungkin antum gak sadar bahwa kebaikan, keramahan, serta sikap-sikap yang antum bilang biasa itu telah menimbulkan sebersit rasa yang seharusnya gak timbul di hati akhwat yang antum bantu pecahkan masalah2nya, yang takhenti-henti antum semangati hari-harinya, yang tak putus-putus antum nasehati segala lakunya…”
“Rasa apa ??” selamu.
“Rasa cinta”
“Hah ???

Aku tau kau kaget.
“Ana gak berniat begitu ukh. sungguh. Mereka bertanya, ya ana jawab. Mereka konsultasi, ya ana kasih solusi donk. Mereka cerita, ya ana ladeni. Mereka menyapa, ya ana jawab. Ana gak mau disangka sombong. Semuanya ana sikapi biasa-biasa aja ukh. Tapi, kalo akhwatnya merasa begitu…..”

Kutunggu kelanjutan pembelaanmu. Ternyata memang sengaja kau gantung hingga disitu. Kulanjutkan perkataanku “ mungkin sikap seperti itu memang akan biasa-biasa saja, kalo lawan bicara antum itu sekaum dengan antum. Masih sebangsa ikhwan. Tapi, mereka akhwat akh.. perasaannya sensitif, mudah tersanjung, sedikit saja antum perhatian, mereka –termasuk ana- akan jadi berbunga-bunga (sebenarnya tergantung akhwatnya juga sich ^__^ . mereka akan berpikir, bahwa antum pun ada rasa terhadap mereka. antum tau kan.. semakin sering bertemu, semakin sering berbagi cerita, maka persentase di 'jatuh cintai' itu semakin besar ??

“Lalu ana harus gimana ukh ?? cuek aja waktu mereka nanya ?? ana nggak bisa sesombong itu….”

“Menurut ana…” jawabku, “Seharusnya dari awal-awal antum udah kasih lampu merah ke mereka. saat mereka bertanya, untuk yang pertama kali bolehlah antum jawab. Tapi selesai menjawab.. bukankah ada baiknya antum tawarkan mereka untuk berkenalan dan bertanya tentang apa yang tak mereka ketahui pada akhwat yg juga luas wawasannya, juga paham dalam masalah agama seperti antum?. Lantas jelaskan padanya berbagai kemudhorotan yang ditimbulkan dari interaksi ikhwan wa akhwat di dunia maya yang penuh jebakan setan ini. Bukankah ini lebih menjaga hatinya, juga hati antum ?? agar dikemudian hari tak kan ada sentakan-sentakan rasa segala. Yang penting.. jangan biarkan percakapan antum dan mereka berlangsung lama, berlarut-larut, bahkan sampe curhat-curhatan segala. Antum tau kan, khalwat di dunia maya juga berbahaya.. Ada setan di bangku ketiga. ..

“Yealah.. tapi jangan Cuma ana aja yang dinasehatin, akhwatnya juga dong. Biar gak nodong-nodong ana lagi dengan beribu pertanyaan.

“Yuuppz.. akhwatnya juga, jangan kelewatan nanya ke ikhwan. Toh, di dunia maya ini juga banyak akhwat-akhwat yang lebih cerdas daripada antum. selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang timbul ini sebenarnya bisa dicari jawabannya di kamar mbah google, betul nggak ??

“Pada dasarnya, kita –akhwat atau pun ikhwan- tau bahaya keseringan interaksi di dunia maya ini bisa merusak hati. Tapi, kadangkala nafsu ini mudah terpancing untuk disalurkan. Merasa butuh perhatian dari lawan jenis (Padahal di rumah ada ayah, adik, kakak yang juga berlawanan jenis dengan kita, lebih suuaayang lagi sama kita).
***

Hmmmm…kalo sudah begini, lantas salah siapa?? ikhwannya?? atau akhwatnya?? yaah…begitulah fenomena yg kelihatannya sedang merebak di dunia maya (dan mungkin juga di dunia nyata). Interaksi antara ikhwan dan akhwat yang sudah semakin “cair”, seakan-akan hijab sudah tidak berlaku lagi. Walaupun ber interaksi di dunia maya, seharusnya hijab hati juga harus tetap di jaga. Jangan buka peluang sedikitpun yang dapat mengotori hati. Perkuat imunitas hati dan selalu bisa mengerem segala tindakan kita.

Barakallahu..semoga bermanfaat,
Wassalamualaikum